Apa itu murojaah?
Murojaah berasal dari kata راجع – يراجع – مراجعة yang artinya mengulang kembali
Dalam konteks menghafal, murojaah berarti menjaga hafalan Al-Quran dengan terus-menerus mengulangnya guna meraih mutqin (kuat) dalam bacaan, hafalan, pemahaman, dan pengamalannya bagi para hamilul Qur’an.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar –radhiyallahu anhuma– bahwa Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda:إنَّما مَثَلُ صاحِبِ القُرْآنِ، كَمَثَلِ صاحِبِ الإبِلِ المُعَقَّلَةِ، إنْ عاهَدَ عليها أمْسَكَها، وإنْ أطْلَقَها ذَهَبَتْ“Sungguh permisalan orang yang hafal Al-Qur’an itu ibarat pemilik unta yang diikat, jika ia selalu menjaganya niscaya bisa mempertahankannya tetapi jika ia melepaskannya niscaya unta itu akan pergi.”(HR. Bukhari no 5031 dan Muslim no 789)
Aku pribadi memulai perjalanan menghafal Alquran dengan pengetahuan minim tentang murojaah.
Ya, aku tahu murojaah itu penting, tetapi tanpa memahami metodenya, ia terasa begitu abstrak.
Bagaimana menyusun jadwalnya ketika hafalan semakin bertambah? Kan berubah-ubah?
Bagaimana pula menjalani aktivitas murojaah sambil melakukan pekerjaan sehari-hari? Rasanya tak masuk akal.
Ketika bergabung di komunitas menghafal, aku pikir problema murojaah ini akan terpecahkan karena ada jadwal murojaah rutin yang harus dijalani para anggota, seperti pekanan, bulanan, dan seterusnya. Ternyata belum juga.
Aku pun kembali mencari-cari cara murojaah yang bisa kupahami. Mendengarkan sharing para penghafal Alquran, membaca artikel, dan lain-lain. Sedikit demi sedikit, nampaklah benang merah yang menghubungkan satu poin dengan poin yang lain. Namun, perlu waktu pula untuk mempraktekkannya.
Berikut ini beberapa hal yang aku lakukan untuk membenahi program murojaahku.
- Audit hafalan lama
Salah satu hal yang kulakukan untuk membenahi aktivitas murojaahku adalah mengaudit hafalan, sebagaimana yang disarankan mbak Fatheyya Hasbollah di potluck Bunda Cekatan. Mana yang sudah lancar, mana yang belum, kemudian dimasukkan ke kuadran-kuadran yang berbeda.
Yang masih banyak tersendat-sendatnya, diulang lagi menghafal dari awal. Yang sudah lancar, masuk kuadran hafalan lancar yang akan dimurojaah sambil beraktivitas yang lain. Yang statusnya di tengah-tengah, berarti perlu waktu fokus khusus saat murojaah (tanpa multitasking).
2. Memberi perhatian lebih kepada hafalan baru
Pernah dengar dong pastinya bahwa kebiasaan baru itu perlu dikerjakan terus-menerus dulu supaya terpatri dalam diri kita untuk menjadi kebiasaan yang otomatis?
Ya, begitu pula dengan hafalan baru. Perlu pengulangan terus-menerus supaya tidak lepas dari ingatan, mirip seperti new habit. Maka sebelum memulai aktivitas ziyadah, aku mengawalinya dengan murojaah ayat-ayat yang baru dihafal sebelumnya.
3. Memperlancar hafalan di Rumin Quran.
Ketika muncul program hafalan di Rumin Quran, awalnya aku bingung apa yang mau disetorkan ke pasangan. Akhirnya aku pun memanfaatkannya untuk memperlancar kembali hafalan lama. Dengan merekam voice note dan mengeceknya lagi sebelum dikirim ke pasangan, aku jadi sadar akan kesalahan-kesalahan yang masih sering kulakukan. Selain itu, semangat teman-teman di Rumin juga menjadi booster semangat tersendiri bagiku.
4. Menyusun jadwal murojaah
Apa kabarnya dengan si hafalan lancar? Berdasarkan inspirasi dari kakak Wafi Azkia, aku belajar untuk menyusun jadwalnya biar tidak ada surat yang kelewatan untuk dimurojaah. Mulai dulu dari juz 30, aku bagi-bagi dalam seminggu. Ketika sudah bisa komitmen dengan yang sedikit, perlahan aku tambahkan surat dari juz lain yang sudah diperlancar lagi.
Supaya memudahkan, jadwal ini kutulis di buku, ada versi yang dicetak, serta softcopy di handphone sehingga mudah diakses kapan saja.
5. Mengidentifikasi aktivitas harian yang bisa disambi murojaah.
Ini perlu trial dan error, dan mungkin untuk tiap orang akan berbeda-beda aktivitasnya.
Aktivitas pertama yang kucoba dan berhasil adalah murojaah saat bersepeda.
Awal mulanya begini. Ketika sedang jalan-jalan pagi, aku melihat seorang lelaki yang sedang mengantar anaknya ke sekolah. Dari bawah blok rumahku, aku bisa mendengar dia mengaji sambil bersepeda. Waktu itu yang terpikir cuma wow, bisa ya ngaji sambil bersepeda.
Berbulan-bulan kemudian, ketika aku mulai membenahi murojaahku, ingatanku tentang si bapak itu muncul lagi. Pas sekali, waktu itu aku baru mulai mengantar putri keduaku ke sekolah dengan sepeda.
Waktu yang kuhabiskan di atas sepeda tiap harinya cukup lama, 40 menit total. Ketika bersepeda, tidak ada distraksi dari pekerjaan lain (seperti domestik di rumah, rengekan anak-anak, ataupun gadget). Rute yang monoton antara rumah dan sekolah membuatku juga tidak perlu berpikir berat seperti kuatir nyasar. Kupikir inilah beberapa faktor mengapa aku akhirnya sukses murojaah sambil bersepeda, alhamdulillah.
Bonusnya, aku bisa murojaah bersama anakku untuk surat-surat yang sama-sama telah kami hafal. Anakku juga berperan besar dalam melatih kedisiplinanku di sini, karena ia yang sering bertanya padaku di atas sepeda, “Ibu, hari ini surat yang mana?”
Sayangnya, aktivitas bersepeda ini hanya berlaku saat hari sekolah. Ketika libur tiba, aku kelabakan lagi dan akhirnya mencoba-coba aktivitas harian lainnya untuk disambi murojaah.
Masak? No, karena seringnya aku perlu masak sambil ngebut hahaha.
Cuci piring? No, karena disambi ngobrol sama anak, atau anak ikutan nimbrung nyuci piring.
Akhirnya pilihanku jatuh pada aktivitas sekitar jemuran baju. Mengambil jemuran lama, menjemur baju basah, dan melipat baju ternyata cukup efektif untuk dipakai multitasking. Mungkin juga karena ada faktor aku melakukannya di pagi hari ketika anak-anak masih tidur/ sudah berada di sekolah.
Alhamdulillah, dengan pembiasaan, perlahan-lahan, aku bisa menyelesaikan target murojaah harianku di sela-sela kesibukan beraktivitas.
Beberapa pengingat untuk senantiasa murojaah:
- Nasihat seorang Ustadzah untuk tidak mengkambinghitamkan pekerjaan rumah tangga sebagai alasan tidak sempat murojaah. Aih, ini ngejleb sekali.
- Nasihat seorang Ustadz untuk tidak mudah putus ada jika hafalan tak kunjung lancar. Lakukan dulu yang perlu dilakukan (murojaah murojaah murojaah), kelancaran hafalan itu karunia dari Allah. Kalau sering murojaah, InsyaAllah lama-lama menjadi lancar dengan sendirinya.
Mungkin inilah sekelumit cerita tentang murojaah yang bisa aku bagikan di sini. Mudah-mudahan bermanfaat.
Leave a Reply