Apa yang teringat dari kenangan hari raya Idul Fitri di masa kecil?
Banyak sebetulnya, tetapi satu hal yang teringat jelas di pandemi tahun Kedua ini adalah kenangan membuat ketupat bersama keluarga.

Ya, hari H-1 sebelum Lebaran, bapak dan Ibu pergi ke pasar pagi-pagi untuk mencari selongsong ketupat. Yang dibeli bukan cuma dua puluh atau empat puluh. Biasanya ibu membeli enam puluh, lalu bapak meminta tambahan lagi sehingga akhirnya menjadi seratus.
Kok banyak banget? Iya, ketupat ini bukan hanya kita konsumsi sendiri. Namun, ia akan dibawa saat mudik ke keluarga Ibu di Malang dan keluarga bapak di Tegal.
Sepulang dari pasar, ruang keluarga pun disulap jadi work station pembuatan ketupat. Ibu mencuci dan meniriskan beras di dapur, anak-anak menggelar tikar dan mulai mengisi ketupat.
Biasanya bapak yang akan memandori langsung pembuatan ketupat ini. Bapak yang mengajari kami mengisi separuh lebih sedikit, agar si ketupat punya tekstur yang pas, empuk, tidak pecah, dan tahan lama.

In picture: bapak mengisi ketupat dengan beras (Ramadan 1442H – 2021M)
Bapak juga yang akan rajin merebus air di ketel, sehingga ketika si langseng besar tempat merebus ketupat sudah berkurang airnya, pasokan air panas baru langsung dituang.
Itu juga yang menjadi resep rahasia bapak dalam menghasilkan ketupat-ketupat cantik yang isinya putih, tidak kemerahan seperti yang sering terjadi pada ketupat lain. Ini pula yang selalu bapak banggakan di keluarganya. Jauh-jauh pulang mudik (kami tinggal di Probolinggo btw, dgn perjalanan minimal dua belas jam ke Tegal) membawa ketupat buatannya yang selalu lebih laris dari ketupat keluarga Tegal.
Setelah ketupat matang, maka gantungan handuk pun disulap jadi tempat menggantung ketupat. Bahkan di dalam mobil, bapak dan ibu menyediakan tongkat sapu untuk menggantung-gantung ketupat agar tahan lama.
Makan ketupat dan opor di perjalanan, itu sih sudah biasa. Satu hal yang paling memorable dari perjalanan mudik kami adalah ketika mobil bapak tiba-tiba mogok di daerah Pati saat dini hari. Kami pun stuck. Baru esok harinya si mobil bisa diperbaiki di bengkel. Nah, selagi menunggu perbaikan selesai, kita piknik dulu dong. Piknik menggelar tikar di tepi jalan, sambil makan ketupat, opor, dan sambal goreng, komplit dah!
Fast forward sekarang, ketupat sudah mudah dibeli di mana-mana. Mau tinggal makan ada, mau versi tinggal rebus pun bisa.
Ah ingin rasanya mengajak anak-anak membuat ketupat bersama yangkung yangtinya sambil nostalgia masa kecil.
Semoga tahun depan kami bisa pulang kampung dan merasakan membuat ketupat bersama-sama keluarga besar kami, aamiin.
Leave a Reply