Bismillah
Alhamdulillah, sampai juga kita di etape terakhir dari zona Open Space.
Di pekan inilah saya mengambil peran menjadi speaker.Di sini juga saya merasakan struggling-nya menjadi PIC, membalas japrian para speaker yang berdatangan tanpa henti.Di sini pula ada deadline menulis naskah yang bersamaan dengan hari saya menjadi speaker.Hahaha…
Persiapan Menjadi Speaker
Sebetulnya, persiapan paling awal menjadi speaker adalah ngincipin Streamyard pertama kali saat diundang podcast oleh Mbak Dieni. Setelah itu, saya pun memberanikan diri untuk mencoba-coba Streamyard sendiri, menambahkan destinasi ke Facebook dan YouTube. Dari sinilah saya jadi tahu bahwa ada fitur “Record only” sehingga live streaming tidak di-broadcast ke luar dan fitur broadcast ke YouTube tetapi statusnya private.
Dari situ, akhirnya saya memberanikan diri untuk berlatih, yaitu pada hari Ahad pagi, Selasa pagi, dan Rabu pagi. Alhamdulillah, dari latihan-latihan ini jadi ketahuan bagian di mana yang harus diperbaiki, menambah pernak-pernik seperti rolling text, bumper in and out, cara nge-share screen yang efektif (terutama saya yang harus berpindah-pindah tab untuk demo), termasuk memperlancar apa yang disampaikan.
Saya juga banyak belajar dari mbak Dini dan Mbak Citra yang sudah lebih berpengalaman dengan Streamyard. Berangsur-angsur, kepala saya yang awalnya selalu kepikiran persiapan live, menjadi tenang dan woles. Ah, ternyata benar kata Mbak Citra.
Menjadi PIC
Banyak hal yang saya pelajari dengan menjadi PIC. Saya pribadi menyadari bahwa saya memiliki bakat yang lemah di bidang admin. Maka saya berusaha untuk lebih awas dalam mengecek berbagai urusan administrasi. Pernah juga saya terlewat meng-update link grup sampai kena tegur (aih, colek maksudnya).
Dari sini, muncul inisiatif menggunakan aplikasi untuk mengecek jadwal speaker (dan mengecek statusnya, apakah sudah menyelesaikan segala persyaratan). Tampilan di app lebih runut, karena ditampilkan urut per tanggal dan jam. Baru di akhir-akhir ini, saya belajar bagaimana cara mengurutkan data langsung dari Google Sheet data speaker.
Yang kedua, saya pun terkadang sama gapteknya tentang Telegram dengan speaker. Jadilah belajar bareng bagaimana mengoperasikan, menghapus, mengeluarkan member, beda Channel dan group, dan lain-lain.
Saya juga berkenalan dgn banyak orang. Salah satunya saya wawancara juga untuk naskah Hexa Magz. Ada banyak ketawa-ketiwi saat ngobrol dengan mereka, seperti dengan salah seorang yang saya minta ganti twibbon speakernya supaya lebih formal. “Ini satu-satunya fotoku yang cantik lho, mbak”, dan kita pun jadi cekikikan berdua. Ikut haru juga rasanya saat mereka merasakan keasyikan jadi speaker.
The Live Day
Alhamdulillah bangun pagi saya sempat berlatih untuk ketiga kalinya. Lalu kembali ke rutinitas normal sampai jam 7 saya harus membangunkan Maryam supaya ia sudah makan saat saya harus live nanti. Maryam pun sudah di-sounding sejak sehari sebelumnya supaya lebih tenang saat ibu presentasi.
Kejutan datang ketika saya mengecek laptop jam 7 sebelum Maryam bangun. Lho kok kameranya tidak terdeteksi. Panik? Tentu saja. Saya tutup lagi Streamyard dan Chrome, tetapi tidak ada hasilnya. Akhirnya laptop pun di-restart dan baru setelah itu tampilan kamera menjadi normal, alhamdulillah. Huhuhu setelah itu, saya gak berani utak-utik laptop lagi dan fokus menemani Maryam supaya ia tidak merasa kurang perhatian.
Alhamdulillah, menjelang live Maryam sudah puas membaca beberapa buku dengan saya, sudah kenyang, dan mood-nya happy.
Selama live, alhamdulillah semua berjalan lancar. Sempat di-missed call oleh Mbak Dini, menyampaikan bahwa ada comment yang lupa diturunkan. Alhamdulillah juga, cukup banyak yang menonton. Selain teman-teman Co Housing, ada Hexagonia IP Asia, bahkan ada Mak Far. Setelah live berakhir, ternyata teman tahsin ada juga yang nge-share acara ini di grup tahsin, hihihi. Dan kejutan kedua, ternyata mbak Dieni mengabarkan acara ini ke ortu. Jadilah mereka menonton saya sambil sarapan, memberi selamat ketika acara selesai.
Menulis Naskah Hexa Magz
Ini kali pertama saya mengumpulkan naskah terlambat. Setelah live selesai, rasanya lega. Di sisi lain, terasa banget burn out dan ingin meninggalkan hape dan segala tetek-bengeknya.
Walaupun ide tulisan sudah ada dari dulu, saya kesulitan untuk menuangkannya dengan lancar. Maka saya tidak mau memaksakan mengumpulkan naskah dalam keadaan kacau balau. Saya mencoba mencari teman untuk ngobrol dan alhamdulillah ketemu Mbak Nurbaini dan Mbak Febi dari CH Memasak. Sungguh obrolan dengan mereka membuat haru dan semangat menuangkan pengalaman mereka dalam tulisan. Alhamdulillah, naskah cukup telat 36 jam saja.
Diskusi di Co Housing, Menjadi Participant, Bumblebee, dan Butterfly
Di pekan ini, ada Mak Puri dan saya yang tampil menjadi speaker. Saling support dan apresiasi di Co Housing menjadi salah satu sumber kekuatan dan semangat saat live. Saya jadi semakin menyadari, bahkan comment sekedar menyatakan hadir itu sangat berarti untuk speaker, biar gak kaya ngomong sendiri. Oiya, kita juga ngobrolin ada topik menarik apa hari ini dan berencana berbagi resume dengan anggota Co Housing. Beberapa yang sudah saya tulis:
- Anak ADHD-ku oleh Mak Puri Fitriani
- The Journey of Permaculture oleh Rosikhotunnur
Yang belum ditulis tetapi sudah menyimak:
- Kitchen Hacks oleh Mbak Febi Hindriyanti
- Pendidikan Seksualitas Anak, dari Tabu menjadi Tahu
- Family Knowledge Management
- Belum selesai: Mindmapping, cara mencatat ramah otak, merajut dari tas kresek (kayanya pas ini di-share ke yangti hihihi).
Ternyata saya gak cocok jadi bumblebee, bukti ya ngintip2 banyak hal tapi ya gak nyantol di kepala. Mending fokus aja sama satu sampai selesai.
Di pekan ini juga, sudah mulai banyak liputan mengenai Hexagon City Virtual Conference, baik di media maupun di blog. Haru juga melihat video testimoni dari mereka yang sudah menonton.
Baik, demikian saja liputan HCVC pekan ini.