Abdurrahman sudah kelas enam (P6) sekarang.
Tahun yang penuh tantangan.
Tahun ujian PSLE.
Para ibu yang tahu Abdurrahman P6 selalu memberikan semangat, “Emaknya semangat juga ya.”

Ahahaha, baru dua minggu di P6, rasanya sudah nano-nano.
Salah satu tugas emak dalam mendampingi belajar adalah ikutan belajar. Jadi bisa ikut memberikan saran dan umpan balik kepada anak.
Nah kebetulan minggu lalu Abdurrahman ada kelas Bahasa Inggris secara daring dan ibu ikutan menyimak dong.
Kali ini kami belajar tentang composition (mengarang). Standar soal compo di sini, diberikan satu frasa (phrase) sebagai topik, dan tiga gambar yang berbeda. Lalu si anak diminta menulis sesuai topik tersebut dan menggunakan paling tidak salah satu dari tiga gambar di dalam karangannya.
Dari situ, muncullah istilah TRP (topic-related phrase) dan PRP (picture-related-phrase). Nah, supaya karangan tetap berada di koridor topik yang diminta (gak melebar ke mana-mana), ternyata ada tipsnya lo, duh ibu baru tahu.
Begini caranya.
Mention TRP inside composition
TRP ini bisa berupa sinonim, related phrase, atau exact word-nya. Misal: topik friendship, Maka TRP-nya bisa berupa something about buddy/pal (sinonim), enduring bond over the years (related phrase), atau disebutkan friendship langsung di dalam karangan.
Beberapa posisi yang memungkinkan untuk menyebutkan TRP:
- di awal mula karangan,
- ketika terjadi masalah/klimaks,
- kesimpulan.
Paling tidak sebutkan dua kali (dengan cara yang berbeda).
Mention PRP inside composition
Pilih dulu gambar mana yang akan digunakan di dalam karangan, boleh satu atau lebih. Namun, gurunya menyarankan satu saja supaya gak ribet.
Beberapa cara memberikan deskripsi PRP:
- Jika gambar sebuah benda, maka cari adjective atau adverb yang bisa mendeskripsikan benda tersebut. Contoh: gambar ular, PRP: Suddenly, I saw a long, scaly creature slithering along the floor.
- Describing action (jika gambarnya adalah suatu aktivitas, kata kerja. Bayangkan, ada aktivitas apa saja yang dikerjakan. Contoh: gambar dua tangan bersalaman. Maka contoh PRP-nya: “Assalamualaikum, how are you, Brother?” greeted the man cheerfully as he gripped my hand firmly before he entered the mosque.
- Using 5-senses (apa yang bisa dirasakan indera kita ketika berpikir tentang gambar tersebut). Contoh: gambar food court, maka PRP-nya: The food court was jam-packed with people with long queues formed in each food stall. (Indera penglihatan). Aroma of young tau fu and chicken curry made my tummy rumbles even louder (indera penciuman).
Nah, untuk tiap gambar yang dipilih, pastikan PRP disertakan minimal 2x dengan dua metode yang berbeda.
Kenapa kok harus beda?
Yaa, supaya compo-nya lebih menarik dan tidak monoton.
Bagaimana caranya supaya gak kelupaan untuk dimasukkan?
Make a plan.
Ya, ternyata bikin compo pun bagusnya pakai planning. Buat poin-poin penting dari cerita, rencanakan di mana posisi TRP dan PRP, baru mulai menulis. Setelah selesai, baca ulang karangan tersebut, highlight TRP dan PRP-nya supaya tidak terlupakan.
Insights buat para penulis
Mau menulis dalam bahasa apapun, jika kita ingin memaparkan cerita, keahlian mendeskripsikan secara detail poin-poin di dalam cerita akan membuat kisah tersebut lebih hidup.
Di dalam kesempatan lain, bahkan aku pernah mendapat ilmu lain, make it like a slow motion, especially the important piece in your story (seperti bagian klimaksnya). Slow motion ini membuat pembaca bisa serasa berada di dalam cerita kita, merasakan apa yang dilakukan/dipikirkan oleh si karakter dalam cerita tersebut.
Nah, aku pribadi pernah nih mempraktekkan slow motion ini saat menulis cerpen beberapa waktu yang lalu.
Coba ah kapan-kapan praktek PRP dan TRP, siapa tahu ceritanya bisa lebih runut dan terstruktur.