Hari ini aku ingin membahas sekilas tentang buku yang sedang aku baca. Seharusnya buku ini kusetorkan saat acara zoom KBK Komunitas Literasi Ibu Profesional. Qadarullah aku ketiduran jadi batal ikutan huhuhu. Baiklah, langsung saja ya kita bahas bukunya.
Judul buku: Mengapa Aku Sulit Menghafal Al Qur’an
Penulis: Cece Abdulwaly
Penerbit: Farha Pustaka
Tebal buku: 120 halaman
Sinopsis:
Allah telah menjamin bahwa Al Qur’an mudah untuk dipelajari dan dihafal. Maka tidaklah seorang merasakan sulit menghafal Al Qur’an kecuali pasti ada sesuatu yang menghalangi sampainya kemudahan itu padanya. Apa itu? Temukan jawabannya di sini dan rasakan kembali kemudahannya.
Review:
Buku ini tidak membahas berbagai teknis problematika mengapa beberapa orang merasa sulit. Akan tetapi, isinya lebih condong ke pembentukan pola pikir (mindset) yang tepat ketika kita menghafal Al Qur’an.
Pertama, kita harus yakin dulu kalau menghafal Al Qur’an itu mudah. Allah sudah menjaminnya di dalam Al Qur’an dan bahkan diulang sampai empat kali.
Masih ingat yang mana ayatnya?
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا ٱلْقُرْءَانَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ
Sungguh telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah yang mengambil pelajaran (54:17,22,32,40).
Bahkan di dalam ayatnya ada dua taukid, la taukid, qod taukid, sungguh benar-benar, dan diulang pula empat kali.
Kedua, mau usaha.Sesuatu hal yang mudah bukan berarti bisa dicapai tanpa usaha sama sekali. Bahkan seperti makan yang mudah, tak bisa makanan masuk jika kita tidak ikhtiar menyiapkan/membeli makanan, menyuapkan ke mulut dan mengunyahnya.
Ketiga, menjauhi maksiat.Al Qur’an adalah cahaya dan cahaya tidak akan diberikan kepada pelaku kemaksiatan. Untuk ini, ingat pesan guru Al-Waqi’ ketika Imam Syafi’i mengadukan jeleknya hafalan: tinggalkan maksiat.
Lalu setelah ini semua dijalankan, bagaimana kalau masih terasa sulit?
Introspeksi.
Ya, barangkali masih ada kesalahan-kesalahan yang dapat menghalangi kita dari meraup kemudahan menghafal.
Kesalahan terbesar, contohnya niat yang tidak ikhlas. Duhai niat yang tempatnya di hati, perlu terus-menerus diperbaiki agar tidak meleng sana-sini, supaya bisa lurus hanya karena Allah Taala, tak mengharap pujian atau apapun dari manusia.
Kesalahan sedang, contohnya tanpa memperbaiki kualitas bacaan Al Qur’an dulu.
Kesalahan ringan misalnya tidak memperhatikan waktu-waktu terbaik untuk menghafal, menempatkan hafalan di waktu sisa-sisa, sehingga kurang efektif.
Dalam diri kita bisa jadi terkumpul beberapa kesalahan, jadi mesti sabar mengurai satu per satu. Konsultasikan kepada teman lain yang juga menghafal.
Kemudian ingat, lelah kita tak akan sia-sia. Walau kita tak sampai menghafal 30 juz, bukan berarti sia-sia. Bahkan Allah itu As Syakuur, menghargai sesedikit apapun amalan kita. Bahkan jika kita membaca dengan terbata-bata, Allah ganjar dengan dua pahala.
Ingat janji Allah, barang siapa yang bersungguh-sungguh, akan Allah tunjukkan jalannya.
Jangan jadikan 30 juz sebagai target akhir dari hafalan. Jadikan istiqomah dengan Al Qur’an hingga akhir hayat menjadi tujuan, agar kita terus bisa menikmati indahnya hidup bersama Al Qur’an.
Terakhir, jangan lupakan doa, karena Allah sanggup membuat yang susah menjadi mudah.
Buat saya pribadi, konten buku ini pas sekali dengan yang saya pernah alami, harus banyak-banyak introspeksi dan menata mindset dalam menghafal. Perjalanan introspeksi akan terus berlanjut. Mudah-mudahan Jika aku mengalami lagi merasa kesulitan menghafal, maka aku bisa ingat dengan pesan dari buku ini, yakin, usaha, jauhi maksiat. Ingat lelahmu tak akan sia-sia. Ingat, Allah pasti tunjukkan jalan-Nya.
Leave a Reply