Bismillah
“Besok kamu buka puasa di sini saja ya, insyaAllah makcik masakkan” ajak makcik masjid kala itu.
Itu kali pertama saya sholat tarawih di masjid di Singapura, sekitar 15 tahun yang lalu. Betapa pengalaman yang mengesankan. Baru pertama kali sholat di masjid situ, pulang-pulang dapat bungkusan makanan dan bubur ketan hitam buat sahur. Plus ditawari buka puasa di sana seterusnya, gratis. Wow banget tentunya, apalagi buat mahasiswa tingkat dua yang kemampuan masaknya minim.
Tak disangka, murah hatinya makcik masjid tersebut adalah sesuatu yang khas dari suasana Ramadhan di Singapura. Semua muslim, terutama yang lokal, menjadi sangat amat murah hati. Makanan di masjid, baik yang dikelola masjid maupun donasi masyarakat, melimpah ruah. Jamaah tinggal datang dan ambil saja.
Mungkin kalau kita tidak pilah-pilih masalah makanan, bisa lho survive buka di masjid terus gak perlu masak atau beli makanan. Sahurnya pun bisa dengan bubur masjid. Atau sahur lengkap di masjid pada sepuluh hari yang terakhir.
Ada masjid yang menyajikan hidangan buka puasa secara tradisional. Makanan 5 porsi dihidangkan dalam satu nampan besar yang disebut dulang, untuk dinikmati bersama-sama. Ada juga yang menghidangkan secara prasmanan, ambil sendiri, piring mangkuk dan gelas sudah tersedia.
Beberapa tahun terakhir malah sudah ada yang versi praktis, hidangan buka dikemas seperti nasi kotak. Mungkin lebih mudah menyiapkannya, dan mudah pula membawanya pulang jika banyak yang berlebih.
Selain makanan yang melimpah ruah, Ramadhan di Singapura menjadi khas dengan lantunan tilawah imam masjid yang merdu.
Dulu, saat masih kuliah, senior saya suka mengajak sholat tarawih di Masjid Al Falah di daerah Orchard. Alasannya ya itu, imamnya suaranya bagus. Baru setelah menikah saya lebih tahu, tiap masjid biasanya mengundang para hafiz untuk menjadi imam tarawih. Jelas saja jamaah betah mengikuti sholat tarawih. Bacaannya merdu-merdu, membuat surat yang panjang jadi tidak terasa lama. Belum lagi saat qunut doanya panjang-panjang, mendoakan keselamatan kaum mukminin dan juga mohon ampunan dan rahmat dari Allah. Praktis banyak jamaah yang terhanyut sampai berlinang air mata.
Imam favorit keluarga kami saat sholat tarawih.
Dua hal ini, membuat Ayah saya yang bukan penduduk tetap di sini menikmati sekali menghabiskan Ramadhan di Singapura.
Walaupun semarak Ramadhan tidak semeriah di Indonesia, bukan berarti suasana Ramadhannya jadi berkurang ya. Bagi saya pribadi, hal ini malah memacu untuk bisa lebih banyak fokus dalam memperbanyak ibadah.
Nah gimana tuh supaya bisa fokus beribadah di bulan Ramadhan saat di perantauan?
1. Kurangi waktu di dapur
Seringkali waktu Ramadhan kita tersibukkan dengan memasak hidangan buka, ta’jil dan sahur. Apalagi kalau kita tinggal di negara yang susah membeli makanan halal siap saji. Bukannya tidak boleh, tapi jangan sampai waktu kita habis di situ. Walaupun memilih tetap memasak untuk keluarga, kita bisa mengurangi waktu di dapur dengan:
• Merencanakan menu untuk sebulan ke depan. Ini penting yah.. tentunya gak pingin dong dari dzuhurashar kepala dipenuhi dengan pikiran ‘enaknya masak apa nanti buat buka’./ Yg sering terjadi, lama mikirnya… eksekusi juga keburu-buru, jadi bikin tidak efektif. Jauh lebih baik jika rancangan menu sudah tersedia, tinggal lirik di pagi hari sehingga persiapan masak berjalan mulus tanpa menguras pikiran.
• Menyetok bumbu halus. Ini penting banget biar masak tinggal tumis bumbu, cemplang-cemplung lalu jadi. Ga perlu lagi kupas-kupas dan iris-iris bawang lagi.
• Menyetok makanan beku. Nah lebih baik lagi nih kalau punya stok makanan beku di freezer. Bikinnya ga usah yang susah-susah. Tinggal menu harian biasa dibikin dua kali lipat banyaknya, yang satu bagian disajikan, sisanya disimpan di freezer. Contoh menu makanan beku yang mudah dibuat seperti ungkepan ayam bumbu, ayam kecap, terik daging, dan semacamnya.
• Menyamakan menu sahur dengan menu buka. Daripada harus masak dua kali, pilih menu makanan yang tahan lama supaya bisa digunakan untuk berbuka dan sahur.
2. Persiapkan mudik sebelum Ramadhan
Biasanya nih, yang tinggal di rantau tapi masih dekat dengan Indonesia, Ramadhan ditutup dengan acara mudik ke kampung halaman.
Supaya waktu hari-hari terakhir Ramadhan tidak bingung dengan persiapan mudik, ada baiknya persiapan mudik dicicil dari sekarang. Mulai dari beli tiket, belanja oleh-oleh atau pesan baju untuk pertemuan keluarga, sebisa mungkin diselesaikan sebelum Ramadhan tiba. Kalau perlu packing koper juga dicicil hehehe.
Dengan begitu, di hari-hari akhir Ramadhan kita tetap bisa fokus untuk meningkatkan ibadah kita.
Semoga Ramadhan kali ini bisa kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk beribadah dan memperbanyak ketaatan, aamiin…
Leave a Reply