Tak terbayang awalnya apa yang akan terjadi padaku ketika memutuskan kuliah di luar negeri.Anak rumahan yang gak pernah ke mana-mana kecuali sama bapak ibunya tiba-tiba terbang ke Singapura?
Mujur kakakku sudah kuliah di sana duluan, sehingga Bapak Ibu bisa melepas dengan tentram.
Di angkatanku hanya ada tiga orang muslimah asal Indonesia. Namun satu dari mereka sukses menularkan kepadaku rasa penasaran ttg ilmu agama. Termasuk di dalamnya, menghafalkan Alquran.
Jangan kira hafalan dilakukan rutin tiap hari tanpa jeda ya.Yaa namanya saja newbie, jadi ya suka-suka.Pas ada waktu ya menghafal.Pas lagi sibuk ya ditinggal.
Di sisi lain, aku pun bertemu dengan komunitas muslimah lainnya.Yang mana aku mendapat guru ngaji yang pandai tilawah Alquran, MasyaAllah.Beliaulah yang menuntunku memperbaiki bacaan sedikit demi sedikit.
Aktivitas on off menghafal ini berjalan terus sampai lulus kuliah.
Sampai ketika sudah beberapa tahun bekerja, aku pun diajak ikut program menghafal Alquran dengan cara menyetor ke guru.
Hanya saja, program ini tak berjalan cukup lama. Aku menikah dan harus pindah tempat tinggal yang cukup jauh dari tempat belajar.Tiap hari sudah ngantor pergi pagi pulang petang.Tak bijak rasanya akhir pekan juga harus menghabiskan hari di luar karena pekerjaan rumah tangga juga memanggil-manggil untuk dikerjakan. Akhirnya aku keluar.Aku masih meneruskan hafalan sendiri -sebisanya- hingga bayi pertamaku lahir.
Rutinitas sebagai ibu baru pun menyibukkanku.Rasa stres dan lelah campur aduk jadi satu. Dan aku pun tak lagi punya waktu untuk hafalanku.
Tak inginkah aku memulai lagi?Tentu ingin.
Beberapa kali aku mencoba menghafal lagi, tetapi semangatku hanya bertahan satu minggu, lalu pudar lagi.Tanpa sadar, anakku pun tumbuh besar.
Ketika hafalannya mulai bertambah, aku mulai kewalahan.
Bagaimana supaya dia tetap ingat dengan apa yang dihafalnya?Aku pun ikut bersedih ketika ia frustasi karena lupa dengan ayat-ayat yang susah payah ia hafalkan.
Aku pun tersadar.
Aku harus bangkit juga.
Bagaimana ibu mau mengajarkan cara supaya hafalan tetap menempel kalau hafalan ibu juga terbang semua?
Maka aku pun mulai mencari
Program hafalan yang bisa dilakukan dari rumahYang tidak mengganggu kesibukan prioritasku sebagai istri dan ibu.
Aku mencari di Google, WA group, Instagram, sampai akhirnya aku bertemu dengan Odola.
Nah, seperti apa pengalamanku dengan Odola? InsyaAllah cerita lengkapnya di postingan selanjutnya ya.
Leave a Reply