Walaupun tidak lama mengikuti program hafalan offline, ada beberapa pelajaran yang bisa kujadikan refleksi dalam perjalananku menghafal Alquran. Berikut ini pembahasannya.
Tips Mengecek Hafalan
Ketika setor hafalan pertama kali kepada Ustazah, ternyata ada beberapa bagian yang kubaca salah tanpa aku sadari.
Masa sih, waktu itu aku pun serasa tak percaya.Mungkin kalau bukan karena dikoreksi Ustadzah, aku gak akan tahu bahwa ada yang salah.
Dari sini aku belajar bahwa penting bagi penghafal Alquran untuk punya partner yang bisa menyimak hafalannya.
Kalau dapat Ustadz/Ustadzah, ya Alhamdulillah. Bisa sekalian diajari kalau ada cara baca yang salah atau berhenti di lokasi yang kurang pas.
Kalau tidak menemukan guru, bisa cari partner yang sama-sama menghafalkan Alquran. Masing-masing saling setor saling simak satu sama lain. Punya partner juga salah satu keuntungannya adalah bisa saling menyemangati.
Bagaimana kalau belum nemu juga?
Nah, Ustadzahku waktu itu mengajarkan untuk merekam sendiri hafalan kita, lalu didengarkan ulang, apakah sudah betul semua?
Apakah masih ada salah?
Begitu terus sampai hafalannya benar.
Alhamdulillah, sejak diajari merekam, aku selalu mempraktikkannya sebelum setor, dan ini sangat membantu meminimalisasi kesalahan.
Tips ini juga aku pernah aku praktikkan ketika menyimak hafalan anak-anak. Kadangkala anak tidak percaya kalau dia melakukan kesalahan saat membaca ayat tertentu. Lalu sensi dong kalau dikoreksi kesalahannya, hahaha. Tidak mengapa, itu wajar (kita yang dewasa juga kadang begitu kok, terkadang gak sadar dengan apa yang kita sebut, bisa jadi lagi kurang fokus, atau memang menghafalnya ada kesalahan).
Nah, ketika mereka diminta merekam dan mendengarkan hafalan mereka, mereka bisa mengoreksi sendiri. Jadi mereka yang akan sadar sendiri kalau memang ada yang salah.
Setor Mingguan Recommended Gak Sih?
Di program hafalan offline ini, aku menyetor hafalan ke Ustazah sekali dalam sepekan. Nah, maksud hati sih tiap hari dicicil sedikit-sedikit, supaya ketika akhir pekan tinggal setor saja. Apa daya diriku kurang disiplin, akhirnya sering kejar setoran di dua hari terakhir ngebut, duh. Ngafalinnya di MRT saat menuju mesjid, lalu merasa santai karena teman-teman di sana juga pada take their time menghafal on the spot sebelum setor.
Akhirnya begitu hafalan mulai menumpuk, kelabakan deh murojaahnya. Habis setor banyak hilangnya, hiks.
Maka dari itu, aku bersyukur sekali ketika menemukan program menghafal Alquran dengan sistem setoran setiap hari.
Kupikir ini lebih cocok untuk melatih konsistensiku. Aku jadi terbiasa meluangkan waktu khusus tiap harinya untuk mempersiapkan setoran. Dan tidak perlu waktu lama karena memang target hariannya sedikit saja, minimal satu baris.
Namun, tentunya ini kembali lagi ke pribadi masing-masing ya. Barangkali ada juga yang merasa nyaman dengan sistem setoran mingguan sekali setor langsung dapat lumayan banyak ayatnya. Namun, jangan lupa juga untuk tetap disiplin murojaah mandiri.
Mencari Sistem Murojaah yang Tepat
Saat aku mengikuti program tahfiz offline tersebut, selain setor hafalan baru, Ustazah juga menentukan bagian mana yang mesti dimurojaah. Dan aku yang lugu manut saja, tanpa me-murojaah bagian yang lain. Doeng…
Apa kabar itu hafalan.
Bisa dibayangkan sendiri deh.
Hmm, mungkin tiap program tahfiz memiliki sistem hafalan dan murojaah sendiri-sendiri ya. Hanya saja yang di tempatku seperti itu.
Cukup lama aku mencari-cari sistem murojaah yang tepat untuk diriku sendiri. Mulai dari meng-google artikel, nanya ortu teman anak, nyoba cara ini dan itu, sampai akhirnya baru ketemu cara yang lumayan pas. Nah, ceritanya InsyaAllah nyusul di tulisan selanjutnya ya.
Leave a Reply