Jurnal Ibu Pembelajar

A Journey To Be A Better Mom

  • Institut Ibu Profesional
    • Bunda Sayang
    • Bunda Cekatan
    • Bunda Produktif
  • Rumbel Literasi
  • Parenting
    • Portfolio Anak
    • Online Talent Club
    • Catatan Ibu
  • Belajar Alquran
  • About Me
You are here: Home / Family Stories / Belajar AlQuran / Pelajaran yang Kupetik dari Program Tahfiz Offline

January 22, 2022 by Fiftarina

Pelajaran yang Kupetik dari Program Tahfiz Offline

Sharing is caring!

Walaupun tidak lama mengikuti program hafalan offline, ada beberapa pelajaran yang bisa kujadikan refleksi dalam perjalananku menghafal Alquran. Berikut ini pembahasannya.

Tips Mengecek Hafalan
Ketika setor hafalan pertama kali kepada Ustazah, ternyata ada beberapa bagian yang kubaca salah tanpa aku sadari.
Masa sih, waktu itu aku pun serasa tak percaya.Mungkin kalau bukan karena dikoreksi Ustadzah, aku gak akan tahu bahwa ada yang salah.

Dari sini aku belajar bahwa penting bagi penghafal Alquran untuk punya partner yang bisa menyimak hafalannya.
Kalau dapat Ustadz/Ustadzah, ya Alhamdulillah. Bisa sekalian diajari kalau ada cara baca yang salah atau berhenti di lokasi yang kurang pas.

Kalau tidak menemukan guru, bisa cari partner yang sama-sama menghafalkan Alquran. Masing-masing saling setor saling simak satu sama lain. Punya partner juga salah satu keuntungannya adalah bisa saling menyemangati.

Bagaimana kalau belum nemu juga?

Nah, Ustadzahku waktu itu mengajarkan untuk merekam sendiri hafalan kita, lalu didengarkan ulang, apakah sudah betul semua?
Apakah masih ada salah?

Begitu terus sampai hafalannya benar.

Alhamdulillah, sejak diajari merekam, aku selalu mempraktikkannya sebelum setor, dan ini sangat membantu meminimalisasi kesalahan.

Tips ini juga aku pernah aku praktikkan  ketika menyimak hafalan anak-anak. Kadangkala anak tidak percaya kalau dia melakukan kesalahan saat membaca ayat tertentu. Lalu sensi dong kalau dikoreksi kesalahannya, hahaha. Tidak mengapa, itu wajar (kita yang dewasa juga kadang begitu kok, terkadang gak sadar dengan apa yang kita sebut, bisa jadi lagi kurang fokus, atau memang menghafalnya ada kesalahan).

Nah, ketika mereka diminta merekam dan mendengarkan hafalan mereka, mereka bisa mengoreksi sendiri. Jadi mereka yang akan sadar sendiri kalau memang ada yang salah.

Setor Mingguan Recommended Gak Sih?

Di program hafalan offline ini, aku menyetor hafalan ke Ustazah sekali dalam sepekan. Nah, maksud hati sih tiap hari dicicil sedikit-sedikit, supaya ketika akhir pekan tinggal setor saja. Apa daya diriku kurang disiplin, akhirnya sering kejar setoran di dua hari terakhir ngebut, duh. Ngafalinnya di MRT saat menuju mesjid, lalu merasa santai karena teman-teman di sana juga pada take their time menghafal on the spot sebelum setor.

Akhirnya begitu hafalan mulai menumpuk, kelabakan deh murojaahnya. Habis setor banyak hilangnya, hiks.

Maka dari itu, aku bersyukur sekali ketika menemukan program menghafal Alquran dengan sistem setoran setiap hari.

Kupikir ini lebih cocok untuk melatih konsistensiku. Aku jadi terbiasa meluangkan waktu khusus tiap harinya untuk mempersiapkan setoran. Dan tidak perlu waktu lama karena memang target hariannya sedikit saja, minimal satu baris.

Namun, tentunya ini kembali lagi ke pribadi masing-masing ya. Barangkali ada juga yang merasa nyaman dengan sistem setoran mingguan sekali setor langsung dapat lumayan banyak ayatnya. Namun, jangan lupa juga untuk tetap disiplin murojaah mandiri.

Mencari Sistem Murojaah yang Tepat
Saat aku mengikuti program tahfiz offline tersebut, selain setor hafalan baru, Ustazah juga menentukan bagian mana yang mesti dimurojaah. Dan aku yang lugu manut saja, tanpa me-murojaah bagian yang lain. Doeng…

Apa kabar itu hafalan.
Bisa dibayangkan sendiri deh.

Hmm, mungkin tiap program tahfiz memiliki sistem hafalan dan murojaah sendiri-sendiri ya. Hanya saja yang di tempatku seperti itu.

Cukup lama aku mencari-cari sistem murojaah yang tepat untuk diriku sendiri. Mulai dari meng-google artikel, nanya ortu teman anak, nyoba cara ini dan itu, sampai akhirnya baru ketemu cara yang lumayan pas. Nah, ceritanya InsyaAllah nyusul di tulisan selanjutnya ya.

Related Posts

  • Bunsay Game Level 11 Fitrah Seksualitas Day 3: Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Fitrah SeksualitasBunsay Game Level 11 Fitrah Seksualitas Day 3: Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Fitrah Seksualitas
  • Game Level 7 Semua Anak Adalah Bintang Hari Ke- 2: Belajar JalanGame Level 7 Semua Anak Adalah Bintang Hari Ke- 2: Belajar Jalan
  • The Business of HelpingThe Business of Helping
  • Menstimulus Matematika Logis Hari Ke-1: Berhitung Sampai 50Menstimulus Matematika Logis Hari Ke-1: Berhitung Sampai 50
Sharing is caring!
❮❮ Previous Post
Next Post ❯ ❯

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

CommentLuv badgeShow more posts

About Me

Welcome! My name is Fiftarina. I started this website as an avenue to pen down things that I do with my family. Read more...

Subscribe to our Weekly Newsletter

Stay updated! Get notified on our newest posts right on your inbox

What are you looking for?

Reader’s Favorite

Taliwang Grilled Chicken, yumm..

Taliwang Grilled Chicken

Breastfeeding my baby on the go

Why I keep breastfeeding my baby beyond the first year

Playing with giant blocks at Imaginarium

Imaginarium at Singapore Art Museum

Recent discussion

  • Fiftarina on Penggunaan Teachable dalam Persiapan Menuju PSLE
  • Feri on Penggunaan Teachable dalam Persiapan Menuju PSLE
  • Fiftarina on Pengalaman Tak Terlupakan di Lee Wee Nam Library
  • Nurhilmiyah on Pengalaman Tak Terlupakan di Lee Wee Nam Library
  • Fiftarina on Pelajaran Berharga dari Sahabat di Rantau
  • Parenting & Motherhood
  • Kids Activities
  • Family Stories
  • From my kitchen

Pretty Chic Theme By: Pretty Darn Cute Design