Ketika menjelaskan tentang keimanan, Rasululah shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda bahwa iman memiliki tujuh puluh cabang atau lebih (hadits riwayat Bukhari Muslim dari Abu Hurairah).
وهو بضع وسبعون شعبة
بضع Artinya bilangan antara 3 sampai 9
Maka yang dimaksud di sini adalah angka di kitaran 73-79.
Ketika mengetahui ini, apa yang dilakukan para sahabat?Apakah mereka manggut-manggut saja lalu setelah itu lupa?
Tidak.
Mereka membuka Alquran dari awal.
Mereka mencari cabang-cabang keimanan tersebut dari Alquran, lalu mereka catat.
Mereka tak berhenti di situ.
Mereka pun menyisir satu per satu hadits Nabi, mana-mana sajakah yang merupakan cabang keimanan.
Mereka bandingkan hasil temuan mereka dari Alquran dan Assunnah.Jika ada yang sama, dicoret.
Ketika sudah terkumpul semua cabang keimanan yang berbeda-beda, lalu mereka pun menghitungnya.
Dan tercatatnya beberapa sahabat menemukan 73. Ada yang menemukan 74. Sesuai dengan apa yang disampaikan Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam haditsnya. MasyaAllah.
Semakin bertambahlah keimanan mereka, dan semakin menggebu semangatnya dalam mengamalkannya.
Beberapa ulama bahkan menulis buku tersendiri tentang cabang-cabang keimanan (Syu’bul Iman) ini, di antaranya Imam Baihaqi dan Al Haliimi.
Untuk apa dibukukan?
Karena mereka ingin mempraktikkan semuanya. Supaya mudah dibuat checklist, mana yang sudah diamalkan mana yang belum. Karena semakin banyak cabang keimanan yang diamalkan, semakin sempurnalah keimanan mereka. Tentu berbeda kualitas keimanan seseorang yang mengamalkan enam puluh cabang dan tiga puluh cabang.
Tak hanya itu, mereka juga berusaha memperbaiki kualitas amalan. Lihat, bagaimana fokusnya bukan hanya pada kuantitas, tetapi juga pada kualitas.
Mereka perbaiki keikhlasan mereka, kedisiplinannya.
Misal: jika sudah mengamalkan salat, maka lebih diperhatikan kekhusyukannya, atau pengerjaannya di awal waktu. Jika sudah sering hadir di majelis ilmu, maka diperhatikan lagi adab-adabnya.
MasyaAllah, inilah dia potret teladan dari dari para sahabat. Generasi terbaik umat.
Bagaimana dengan kita?
Sudahkah kita peduli dengan keimanan masing-masing?
Berapa banyak cabang keimanan yang sudah kita lakukan?
Nah, supaya paham, ayo belajar lagi. Belajar lalu beramal, lalu belajar untuk tetap istiqomah di dalamnya.
Referensi: materi HSI Syarah Ushuluts Tsalatsah halaqah 39-40.
Leave a Reply