Bismillah
Di pekan ini anak-anak belajar memasak bersama-sama lewat Zoom. Masak apa kita? Kue kering, yeayy… Alhamdulillah bahannya sederhana (hanya empat ingredients termasuk topping). Khadijah (dan Maryam) terlihat senang sekali mengikuti jalannya kelas, melihat-lihat hasil masakan teman-temannya juga. Oiya, Mas Abdurrahman gak ikutan kelas kali ini karena diajak bapaknya belajar (iya nih udah musim ujian aja, gak kerasa). Dia juga memutuskan tidak ikutan challenge membuat kue kering. Ok, gapapa mas 😉
Challenge untuk sesi memasak sebenarnya ada dua jenis. Untuk umur delapan tahun ke atas, tugasnya membuat kue lebaran, lalu langkah pembuatannya dikemas dalam bentuk video. Untuk usia di bawah delapan tahun, tugasnya membuat takjil. Cara pembuatannya disusun di flyer (ini tugas ibunya). Awalnya Khadijah menekankan ‘rule’ tantangan kali ini, bahwa karena usianya di bawah delapan tahun, maka tugasnya membuat takjil. Namun, ibu memiliki feeling bahwa dia akan lebih tertantang membuat kue kering, dan menawarkan kalau boleh-boleh saja mau bikin kue. Setelah ibu jelaskan bahwa ada juga temannya yang berusia di bawah delapan dan juga membuat kue kering, akhirnya ia pun mantap memilih kue kering. Ujung-ujungnya, hari pertama kami membuat kue kering. Hari kedua ia ikutan membuat takjil dan request untuk dimasukkan tugas juga. Hari ketiga ia juga masih setia di dapur membuat takjil lain, hehehe.
Aktivitas bakat apa saja yang bisa muncul di kegiatan memasak kali ini? Wah ternyata banyak lho.
- Cooking
- Analysing
- Producing
- Safe keeping
- Exploring
- Controlling quality
Sekarang, kita masuk ke detail kegiatannya yah.
Nama anak: Khadijah
Usia: 7 tahun 3 bulan
Judul kegiatan: Membuat takjil dan kue kering
Deskripsi kegiatan:
Di hari Senin sore, Khadijah membuat kastengel bersama ibu dan Maryam. Maksud hati, ibu ingin membiarkan Khadijah melakukan semuanya dari awal. Namun, dia masih moody efek capek pulang sekolah dan baru bangun tidur. Karena keterbatasan waktu (sudah jam lima sore), ibu mulai pelan-pelan menakar bahan-bahan kue. Tak lama Khadijah baru keluar kamar, siap mencampur adukkan bahan.
Dari keseluruhan adonan, Khadijah mengerjakan dua per tiga secara mandiri, sedangkan sisanya dikerjakan oleh adik (yg juga pingin ikutan) dengan bantuan ibu. Khadijah sudah cukup mandiri karena sudah pernah membantu ibu membuat kastengel sebelumnya. Satu-satunya komplain yang ia sampaikan adalah adonannya terlalu lembek (padahal tepung sudah sesuai takaran) sehingga ketika dipotong mudah menempel lagi.
Khadijah mengerjakan hampir semua langkah sendiri, kecuali memasukkan si bakal kue ke dalam air fryer. Ini memang tidak ibu perbolehkan karena agak tricky mengangkat kertas penuh kue dan memasukkan ke dalam, sedang dinding air fryer cukup panas (sudah beberapa kali Dijah terkena dinding panas ini).
Oiya, ibu sempat berkomentar kenapa kok kastengelnya mengembang jadi gendut, apakah karena ibu menggunakan self-raising flour. Lalu Khadijah balik bertanya, memangnya harusnya pakai tepung apa? Ya, harusnya all-purpose flour (ibu ketauan gak disiplin ngikuti resep wkwk). Akhirnya di batch terakhir, kita tambahkan tepung terigunya dan Khadijah lebih puas dengan tekstur adonan yang lebih kering dan tidak selengket tadi.
Selama pembuatan, ia sempat bertengkar dengan adiknya, lalu menyuruh-nyuruh adiknya melakukan apa yang dia mau.
Pada hari Selasa ibu mengajak Khadijah membuat pisang molen menggunakan kulit prata. Ia berinisiatif mau duluan bergerak, mengupas pisang selama ibu memandikan adik. Cukup dicontohkan sekali, ia melanjutkan memotong-motong kulit prata menjadi strip untuk dibalutkan ke pisang. Kali ini ibu bolehkan ia meletakkan si molen dalam air fryer dan mengoperasikannya. Ketika ada kulit prata yang tersisa, ia berinisiatif membentuk bola-bola kreasinya sendiri.
Di hari Rabu dia masih ikutan membuat takjil, kali ini kolak pisang. Ia menawarkan mengupas dan memotong pisang, asal ibu beri tahu dulu berapa pisang yang diperlukan. Ia juga berani mencemplungkan pisang, kolang-kaling, dan santan ke dalam panci, setelah bertanya dulu kepada ibu bagaimana cara memasukkan yang aman. Ya, ia pernah melihat masnya memasak sebelumnya dan kecipratan minyak. Mungkin karena itu ia ingin lebih berhati-hati.
Sembari mengaduk, ada komentar unik yang terekam di ingatan ibu. Ya, Khadijah bahkan sempat-sempatnya mengomentari bahwa potongan pisang mengapung sedang kolang-kalingnya tenggelam. Rupanya ia teringat pelajaran sains dari gurunya beberapa minggu lalu. Ketika waktu berbuka tiba, tak lupa ia mengabarkan kepada ayahnya bahwa ia yang membuat kolak pisang.
Oiya, Khadijah getol sekali meminta ibu menyelesaikan flyer. Berkali-kali ia bertanya sudah selesai belum, dan apakah sudah di-submit, serta bagaimana respons Bunda Rima dan juga teman-teman ibu yang lain, hihihi.
Dokumentasi:
Aktivitas bakat:
- Cooking (memasak)
- Analysing (menganalisa tekstur kastengel, isi kolak yang mengapung dan tenggelam)
- Producing (sanggup. menghasilkan kue/takjil dalam jumlah banyak dan berturut-turut dalam tiga hari)
- Eksploring (eksplorasi bentuk lain dari kulit prata)]
- Safe keeping (berhati-hati di depan kompor)
Aktivitas bakat dominan: producing
Sifat bakat:
- Significant: ingin diapresiasi hasil karyanya, baik oleh ayahnya maupun teman-teman ibu
- Consistency: kecenderungan patuh pada aturan
- Command: memberikan instruksi kepada adik supaya tidak melakukan aktivitas yang mengganggu pekerjaannya
- Deliberative: berhati-hati saat memasak di kompor
Satu hal yang menjadi tanda tanya bagi ibu, sifat maximizer-nya tidak begitu nampak di sini. Dia tidak terlalu peduli bentuk kastengelnya tidak sama ukurannya, atau ketika potongan strip pratanya tidak sama lebarnya. Ketika ibu tanya, apakah dia ingin bentuknya lebih bagus, ia jawab tidak. Ia sudah puas dengan hasil kue/takjil buatannya.