Salah satu menu bulan Ramadan khas di Singapura yang kurindukan adalah nasi dulang.
Apa itu nasi dulang?
Dulang sendiri berasal dari bahasa Melayu yang artinya nampan besar.
Pada hakikatnya, nasi dulang adalah nasi yang disajikan bersama lauk-pauknya langsung di nampan lingkaran berukuran besar. Tiap nampan/dulang cukup untuk disantap lima orang dewasa.
Apa saja menu yang biasa disajikan di dalam nasi dulang?
Macam-macam, bisa nasi ambeng (nasi, rendang, sambal goreng, serundeng), nasi briyani (nasi khas India dengan lauk ayam/daging plus acar mentimun/nanas), dan bahkan nasi ayam (nasi kaldudengan ayam bakar/goreng dan sambal).
Aku mengenal nasi dulang pertama kali ketika kuliah. Ya, di acara buka puasa bersama yang diadakan oleh Muslim Society kampusku, menunya adalah nasi beserta lauk pauknya yang ditata di dulang.
Awalnya aku merasa risih makan sedulang berlima dengan orang lain. Apalagi makan di dulang tentunya makan dengan menggunakan tangan langsung ya. Jadi sembari makan, kita juga bisa melihat tangan-tangan lain yang menjumputi nasi, mengepal-ngepalnya dengan jari, atau mencampur-adukkan lauk dengan nasi. Namun, lama-kelamaan aku pun menjadi terbiasa.
Di tahun-tahun terakhir kuliah, aku pun semakin sering menghabiskan Ramadan di rantau karena bulan puasa tak lagi bertepatan dengan liburan. Kakak-kakak seniorku pun mengajakku untuk safari masjid, mencari masjid dengan imam salat tarawih yang merdu dan tartil bacaannya. Lalu bertemulah kami dengan masjid Al-Falah, sebuah masjid yang berada di daerah Orchard Road.
Kami pun jatuh cinta dengannya. Meskipun lokasinya jauh dari kampus, kami selalu menyempatkan salat tarawih di masjid itu saat akhir pekan. Bacaan merdu sang imam sungguh menjadi penawar rindu akan nikmatnya tarawih di kampung halaman.
Bonusnya adalah nasi dulang yang menjadi ciri khas menu buka puasa masjid ini. Bahkan ketika kami menyempatkan iktikaf di sana, nasi dulang kembali menjadi menu andalan di waktu sahur. Perut kenyang, hatipun menjadi riang.
Nasi dulang selalu jadi menu yang kurindukan setiap datang bulan Ramadan. Sayangnya, pandemi mengubah segalanya. Sesi berbuka bersama di masjid tak lagi diizinkan. Tak ada lagi deretan nasi dulang yang memenuhi halaman masjid di kala Maghrib.
Aku berdoa semoga pandemi segera berlalu, sehingga aku bisa menikmati nasi dulang seperti dahulu.
Leave a Reply