Banyak orang mengira, bakat anak-anak hanya bisa diketahui dari berbagai macam tes bakat. Sebetulnya, jika ditelisik lebih jauh lagi, orang tua bisa mengenal bakat anak dari aktivitasnya sehari-hari. Semakin banyak jenis kegiatan yang dilakukan si kecil, sedikit demi sedikit akan muncul apa saja sifat dan bakatnya yang menonjol.
Selain itu, tentunya kita bisa menganalisa bakat dari cerita ananda sendiri. Seperti yang terjadi pada anakku, Khadijah.
Ibu, tadi Ustazah memintaku mengajari Munawwarah baca Taysir,” tuturnya sepulang sekolah.
“Oya?” Mataku membulat takjub sembari mendengarkan ceritanya dengan seksama. Usut punya usut, kegiatannya mendampingi teman sekelasnya itu berlanjut setiap hari. Beberapa minggu kemudian, ia bercerita lagi.
“Ibu, sekarang mbak Dijah tiap hari ke kelas P1F.”
“Lho, ngapain mbak?”
“Ustazah minta tolong untuk ngajari Sharifah.”
“Oya, trus kapan ke sananya? Waktu pelajaran?”
“Bukan, tiap pagi sebelum mulai kelasnya.”
Dia pun bercerita bagaimana ia meminta si kawan membaca halaman buku Taysir secara acak, persis seorang guru yang menguji siswanya.
Dalam hati aku tertawa geli, memang gadisku ini punya bakat command yang kuat, mungkin memang cocok dengan keinginannya suka mengajar orang lain. Pas gitu kombinasinya.
Di kesempatan lain, ia bercerita juga kalau sang Ustazah memintanya mengecek hafalan teman-temannya.
“Kok bisa, gimana ceritanya?” selidikku.
“Iya Bu, kan kita harus menghafalkan percakapan di kitab Hiwar. Mbak Dijah sudah hafal, yang lain belum. Lalu Ustazah minta Mbak Dijah bantuin simak teman-teman.”
“Terus gimana, Mbak Dijah cuma dengerin aja? Kalau temennya belum hafal?” tanyaku lebih jauh.
“Kalau belum hafal, ya Mbak Dijah kasih tahu untuk revise lagi,” sambungnya lagi.
Cerita ini persis sekali dengan kisahnya saat masih TK B tahun lalu. Si guru mendapati Khadijah selalu rampung duluan dengan tugas sekolahnya. Maka beliau pun meminta bantuan Khadijah untuk mendampingi murid pindahan asal Indonesia yang masih struggling dalam mengerjakan tugasnya.
Kegemaran Khadijah mengajar tak terhenti di sekolah.Di rumah pun ia suka mengajari adiknya, entah itu rutinitas di sekolah atau huruf hijaiyah. Bahkan belakangan, ia mulai berani membantu ibu menguji hafalan abangnya, hahaha.
Beberapa bulan berlalu. Aku sudah tak sering menanyakan lagi tentang aktivitas mengajarnya di sekolah. Hingga suatu hari, dia pulang membawa tiga potong Kit Kat dan sebuah kartu.
“Ibu, Mbak Dijah dapat ini dari Munawwaroh.”
“Lho kenapa, dia ulang tahun ya?”
“Enggak. Dia bilang, biasanya dia selalu fail (gak lulus) di Taysir, tetapi kemarin dia dapat excellent dari Ustazah. Makanya dia happy banget, lalu besoknya ngasih ini ke mbak Dijah.”
Kubuka kertas berwarna merah jambu tersebut. Ada tulisan ala kadarnya khas anak kelas satu SD. Namun, dari situ aku bisa membayangkan kegembiraan yang dirasakan Munawwaroh.
Ah, Semoga Allah catat juga pahala yang banyak untukmu, Mbak, sudah mengajari temanmu sampai lancar mengaji.
What’s Next? Ide Mengasah Bakat
Dari cerita ini, ibu menjadi semakin yakin bahwa Khadijah memiliki minat yang kuat di bidang mengajar. Kesempatannya mengajar berdasarkan permintaan gurunya bisa menjadi bukti potensinya.
Lalu apa selanjutnya? Bisakah kita mengasah lebih lanjut potensinya dalam bidang mengajar?
Ada beberapa cara mengasah bakat mengajar yang terlintas di benak ibu:
- Mengasah dengan tantangan. Mungkin ketika si murid menurut dan ber-progress dengan baik, si guru akan merasa senang dan termotivasi. Lalu bagaimana kalau mendapat murid yang bandel atau progress-nya kurang? Akankah sang guru kehilangan semangatnya? Nah bisa juga nih dicarikan potensi murid model seperti ini dan ibu sudah terpikir satu, hihihi.
- Mengajar dengan setting yang berbeda. Salah satu pesan Bunda Rima saat evaluasi talent mapping bersama beberapa tahun yang lalu adalah mencoba gaya mengajar yang berbeda-beda. Mungkin saat ini, Khadijah merasa nyaman mengajar privat (one to one). Bagaimana kalau mengajar beberapa anak sekaligus? Nyamankah dia?
- Variasi materi yang diajarkan. Untuk saat ini, jenis materi yang diajarkan masih seputar belajar membaca Alquran, hafalan, yang sistemnya lebih ke menyimak. Barangkali perlu dicoba nih gaya mengajar yang memerlukan penjelasan sehingga bisa dilihat kemampuan berkomunikasi dan menjelaskannya, misalnya Matematika.
Wah masyaAllah, ternyata ada banyak cara mengenal dan mengasah bakat anak kita. Mudah-mudahan kami sebagai orang tua selalu bersemangat untuk mendampingi anak-anak menggali bakat dan potensinya.
BACA JUGA: Ingin kenal lebih jauh dan menggali bakat anak? Coba ikutan Online Talent Club.