Bismillah
Halo teman-teman, jumpa lagi di Jurnal Bunda Produktif di pekan ketiga.
Struktur organisasi kota sudah selesai dibentuk. Kali ini, saatnya para Hexagonia membangun zona passion di kelas Bunda Produktif.
Di sesi Live hari Rabu, Bu Septi menjelaskan secara mendetail tentang apakah yang dimaksud dengan passion, dan juga tahapan-tahapannya.
Tentang Passion dan Tahapannya
Passion adalah perasaan yang sangat kuat pada seseorang kepada sesuatu. Passion ini sering menjadi driving force why someone does something. Dengan adanya passion, orang menjadi mudah berinisiatif melakukan sesuatu tanpa diminta.
Ada empat tahapan passion:
- Passion for knowledge, di mana seseorang sedang senang / haus dalam mempelajari ilmu / keahlian.
- Passion for business, di mana seseorang diharapkan bisa menjadi mandiri secara finansial dan tidak menjadi beban orang lain.
- Passion for service, di mana seseorang dengan passion-nya tergerak untuk melayani sesama.
- Passion for people, di mana seseorang ingin mempengaruhi/ mendorong orang lain untuk berkembang. Hal ini biasanya dilakukan dengan membentuk komunitas.
Menyusun Passion Canvas di Kelas Bunda Produktif
Nah, setelah memahami apa itu passion dan tahapannya, Hexagonia diminta untuk menyusun sebuah passion canvas.
Passion canvas adalah suatu gambaran ringkas perjalanan passion individu, yang berisi beberapa poin, seperti jenis passion-nya, tahap passion, hard skill / soft skill yang diperlukan dalam menggeluti passion tersebut, berikut tantangan yang dihadapi dan kemungkinan solusinya.
Selain Itu, Hexagonia juga ditantang ibu untuk menyusun rencana passion project, sebuah project bersama untuk setiap co-housing, yang dirancang berdasarkan passion anggotanya. Hohoho… seru dan menantang kan ya…
Baiklah, sekarang saya akan menjelaskan sedikit tentang passion canvas saya (gambarnya bisa dilihat di bawah ini yaa…)
Passion
Topik passion saya di Bunda Produktif ini adalah menulis di blog. Lebih spesifiknya, melanjutkan menulis dan memenej blog saya tentang ibu menyusui di https://livingwithlowmilksupply.com. Topik ini saya ambil juga sebagai wasilah menjalankan amanah dari suami yang tidak ingin blog saya terbengkalai karena kesibukan lain.
Life Stage Passion
Saya berada di dua tahapan passion:
- Passion for knowledge, di mana saya terus belajar mengenai kepenulisan, teknik blogging, dan juga hal-hal yang berhubungan dengan laktasi.
- Passion for business, di mana saya juga mengembangkan blog saya menjadi mandiri secara finansial. Alhamdulillah untuk sementara ini, saya mendapat penghasilan part-time dari blog.
Sedikit tentang passion for business. Di sesi live-nya Bu Septi menjelaskan bahwa passion for business tidaklah tabu, walaupun mungkin ada orang yang merasa tidak nyaman dengannya.
Dari pengalaman saya pribadi, memiliki blog yang mandiri secara finansial sangatlah bermanfaat, di mana manfaat itu tidaklah melulu untuk kita sendiri.
- Blog yang mandiri finansial berarti kita tidak perlu meluangkan waktu ekstra lagi mencari sumber dana (atau merogoh kocek tabungan) untuk biaya blog (blog profesional perlu biaya, tidak bisa semua gratis ya). Dengan begitu, si blogger bisa fokus dalam menulis konten berkualitas bagi pembacanya.
- Dana yang diperoleh dari blog mandiri finansial bisa diputar ulang untuk kepentingan pembaca. Sebagai contoh, saya berlangganan email service provider (ESP) supaya bisa memberikan lebih banyak konten bermutu kepada pembaca, seperti 5-day email course dan juga printable dan checklist gratis. Hal ini tak akan bisa dilakukan jika blog selamanya gratis, karena ESP itu biasanya mahal, apalagi bagi blogger yang subscribernya sudah menembus angka 1000 ke atas.
- Penghasilan dari blog juga saya gunakan untuk membeli produk yang relevan bagi pembaca untuk dicoba dan ditulis reviewnya di blog. Zaman sekarang, tentunya semakin banyak orang yang mencari info review produk sebelum membeli produknya. Review yang berkualitas dapat membantu pembaca menentukan keputusan, produk mana yang paling cocok untuk keperluannya.
Selain itu, tentunya manfaat mandiri finansial akan kembali kepada blogger itu sendiri. Dia akan semakin bersemangat untuk berbagi karena jerih payahnya dihargai.
Bagaimanapun juga, memenej sebuah blog bukanlah hal yang mudah, apalagi dengan ekspektasi menelurkan konten bermutu secara berkala.
Hard Skill / Soft Skill
Ada banyak hard skill yang diperlukan di dunia blog, seperti keahlian menulis, SEO (Search Engine Optimization), basic programming (HTML) dan juga keahlian tentang topik yang dipilih.
Untuk saya pribadi, yang saya tuliskan adalah skill yang belum saya mulai belajar nya, baik yang sumber ilmunya sudah tersedia ataupun belum. Pinginnya sih belajar semua, tapi saya harus bersabar. Fokus satu satu biar nggak ambyar.
Untuk soft skill, saya merasa perlu meng-upgrade keahlian komunikasi saya, termasuk mengasah empati (Ini adalah salah satu bawah terbawah saya). Selain itu, coaching/ mentoring adalah skill lain yang saya incar, karena saya banyak terhubung dengan pembaca yang seringnya mengalami permasalahan dengan fase menyusui mereka.
Selain itu, delegasi/teamwork juga salah satu skill yang perlu saya pelajari sebagai antisipasi dari blog yang terus berkembang. Dengan waktu yang terbatas, saya harus pintar-pintar memilah, mana tugas yang dikerjakan sendiri dan mana yang bisa di-outsource ke pihak ketiga.
Tantangan dan Solusi
Tantangan terbesar saya adalah waktu yang terbatas. Rata-rata saya hanya punya waktu 30 menit per harinya untuk akses ke komputer. Selain itu hanya bisa akses HP yang tentunya sangat terbatas fiturnya. Tentunya saya harus pandai-pandai mengatur dan memilih apa yang mesti dikerjakan setiap saat.
Tantangan kedua saya adalah kurang semangat membahas subtopik yang berat.
Lalu bagaimana dong solusinya?
Mengenai keterbatasan waktu, ada beberapa poin yang ingin saya perbaiki:
- Mengoptimalkan lagi manajemen rumah tangga sehingga muncul waktu luang baru untuk fokus di blog.
- Dalam menyiasati waktu yang terbatas, saya harus hemat waktu dalam bekerja:
- Fokus pada tugas prioritas, saat ini adalah menulis konten baru sambil memperbaiki off-site SEO, delegasikan tugas tak penting selama masih dalam budget.
- Sebisa mungkin belajar berbagai macam automasi/ shortcut / template /scheduling tricks untuk mempersingkat waktu yang diperlukan dalam mengetik, mengedit, dan sharing ke sosmed.
Adapun kurangnya semangat, untuk sementara ini disiasati dengan memilih topik-topik yang membuat mata berbinar dan semangat mencari informasi, seperti review produk. Intinya, fokus ke konten yang membuat saya bahagia mengerjakannya.
Ide
Ada 2 bagian di dalam ide. Untuk personal, kembali lagi ke solusi ya, fokus di tema tulisan yang bikin bahagia dan mencoba tehnik theming your day untuk membantu lebih fokus.
Untuk kebermanfaatan kepada sesama, saya bisa berbagi tips blogging (baik yang hubungannya dengan manajemen waktu, maupun hal umum ttg blog) kepada Hexagonia atau di-publish di personal blog.
Merumuskan Passion Project
Nah, kami ditantang juga untuk membuat passion project bersama anggota co-house lain.
Alhamdulillah, anggota co-house saya aktif-aktif sehingga diskusi ide project pun berjalan dengan seru.
Kami akhirnya memutuskan untuk membuat e-Magz sebagai passion project kami.
InsyaAllah e-Magz ini akan terbit setiap bulan dan bisa dinikmati para Hexagonia.
Tujuan Pembuatan e-Magz
- Salah satu tantangan umum yang dialami anggota kami adalah kurang konsisten dalam menelurkan tulisan baru. Dengan e-Magz yang terbit setiap bulan, diharapkan bisa melatih konsistensi kami dalam menulis.
- Walaupun sama-sama suka menulis, passion kami bermacam-macam. Ada genre cerpen, komedi, blog, dan lain-lain. E-Magz adalah bentuk project yang tepat karena bisa mengakomodasi passion member yang beragam.
- E-Magz yang akan kami susun adalah untuk Hexagonia. Kami berharap isi e-Magz tersebut dapat diambil manfaat atau hikmahnya oleh para Hexagonia.
- Kesempatan berkolaborasi. Mungkin ke depannya, e-Magz ini bisa menjadi salah satu sarana berkolaborasi dengan co-house lain.
Doakan kami yaa… agar produksi e-Magz berjalan lancar.
Baiklah, demikian saja cuap-cuap membangun zona passion di pekan ke-3 kami di Hexagon City.Sampai bertemu lagi di jurnal berikutnya, InsyaAllah.
Leave a Reply