“Ibu, soal yang ini aku ga bisa,” tutur anakku sambil menyodorkan selembar soal.
Kulirik sekilas nomor soalnya, delapan belas. Pantas, biasanya soal di bagian terakhir seperti ini memang cukup rumit.
“Coba ini topiknya tentang apa,” tanyaku mengulur waktu sambil membaca soal perlahan-lahan.
Bukannya kenapa-kenapa, aku pun seringkali mati kutu menghadapi soal Matematika anakku.
“Ratio,” jawabnya pendek.
Seperti ini soalnya.
Sumber gambar: https://testpaperfree.com
Nah lo, kepala mulai pening.
“Kalau gak salah, di bukumu diajarin deh, coba cari bagian mana yang tetap sama,” aku memintanya berpikir sambil menganalisa soal itu di secarik kertas bekas.
Aku mulai mempraktekkan langkah-langkah yang sempat teringat dari buku anakku. Sempat macet, tetapi akhirnya kupecahkan satu langkah pertama.
Anakku, duduk di seberang meja, juga mencoba mengerjakan lagi. Kulihat kertasnya penuh dengan tanda silang raksasa. Ini berarti ia sudah mencoba beberapa cara yang berbeda tetapi tak kunjung berhasil.
“Gimana, udah dapat belum jawabannya?”tanyaku sambil melongok ke kertas kerjanya.
“Wait, belum, Ibu jangan kasih tahu,” sahutnya keras kepala.
Sementara itu, terdengar peringatan suamiku dari ruang tengah, “Ibu, sudah jam segini. Waktunya anak-anak tidur.”
Aku melirik jam dinding. Ya Allah, hampir jam sepuluh malam!
“Ya sudah, Mas, gapapa, insyaaallah besokpagi masih ada waktu ngerjain lagi,” tukasku sambil meminta anakku bersiap tidur.
“No, wait, sebentar lagi,” tolaknya gigih.
Beberapa menit kemudian, ia pun bangkit dari kursinya. “Alhamdulillah sudah ketemu,” pekiknya dengan wajah sumringah.
Kami pun saling mencocokkan jawaban, dan sama.
“Alhamdulillah, akhirnya Ibu bisa juga ngerjakan soal kaya gini,” sorakku kegirangan, yang disambut anakku dengan tertawa.
Suamiku hanya geleng-geleng kepala melihat kami berdua.
Ya, ini bukan kali pertama aku menghabiskan waktu memelototi soal Matematika anakku. Pernah suatu malam aku tak bisa tidur, penasaran dengan solusinya. Di kesempatan lain, aku bahkan berdiskusi dengan kakakku, lalu sama-sama menyerah dan memutuskan mengintip kunci jawaban.
Dulu, setiap kali aku berjumpa dengan soal yang menantang, metode persamaan dengan beberapa variabel selalu menjadi andalanku. Namun, aku menyadari bahwa tak semua jadi mudah dengan persamaan. Malah ada juga yang akhirnya lebih ruwet.
Sedikit demi sedikit, aku mulai mempelajari konsep yang diajarkan kurikulum anakku di sekolah. Ada yang dipecahkan dengan gambar, ada juga yang dengan perbandingan sederhana. Wah, seru juga ya belajar metode matematika yang berbeda-beda. Aku semakin kaya wawasan. Dan yang paling penting, bisa jadi partner diskusi anakku ketika diperlukan.
Leave a Reply