1. Mengikhlaskan niat karena Allah
Untuk siapa hafalanmu?
Menjaga niat adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan dan terus-menerus diperbaiki. Agar kita selalu ikhlas dalam semua ibadah, termasuk menghafal.
Aku teringat cerita seorang ustadz. Ketika beliau dulu masih belajar di Madinah, salah satu mata pelajaran yang diujikan adalah hafalan. Jadilah beberapa hari sebelum ujian ia berdiam diri di masjid untuk mengulang-ulang hafalannya. Ketika itu, lewatlah seorang syaikh lalu bertanya kepadanya.
Ya bunayya, maadza taf’al? (Wahai anakku, apa yang sedang Kamu lakukan)
Lalu sang Ustadz pun menjawab, “Wahai Syaikh, tak tahukah Anda bahwa sebentar lagi akan ada ujian hafalan?”
Maka sang syaikh memberikan nasihat yang sangat berharga.
”Wahai anakku, jika Engkau menghafal Alquran untuk ujian, maka hafalanmu akan hilang setelah ujian selesai.Namun, jika engkau menghafal Alquran karena Allah, maka Allah yang akan menjaga hafalanmu.” (kira-kira intinya seperti itu ya)
MasyaAllah, ini peringatan yang sangat bagus sekali. Maukah kita Jika Allah yang menjaga hafalan kita? Tentu mau. Dan untuk itu diperlukan keikhlasan. Bukan berarti gak boleh ikut ujian dan semisalnya ya. Intinya di sini jangan jadikan ujian itu sebagai tujuan, tetapi hanya sebagai wasilah saja untuk menjaga hafalan kita.
2. Jadikan prioritas.
Luangkan waktu dan jangan menunggu waktu luang. Jika menghafal itu memang prioritas, buktikan dengan menyediakan waktunya. Tak perlu lama. Cukup mulai dengan 15-30 menit sehari.
Terkadang kita masukkan aktivitas menghafal ke dalam to do list, tapi tak kesampaian untuk dilaksanakan.
Inilah pentingnya kita mengidentifikasi waktu produktif. Analisa lagi kandang waktu kita, mana waktu yang bisa kita pakai untuk aktivitas menghafal.
3. Memahami gaya belajar yang sesuai
Jika teman-teman sudah mengikuti kelas Bunda Sayang, tentunya sudah familiar dengan istilah gaya belajar ini. Ada yang tipenya visual, cepat mengingat dengan banyak melihat mushaf. Ada yang lebih auditori, mudah menghafal dari mendengarkan. Ada juga yang kinestetik.
Nah, gaya belajar ini bisa juga diaplikasikan dalam menghafal Alquran sehingga prosesnya menjadi mudah dan enjoyable.
4. Cari Support system
Mencari partner, guru, atau komunitas untuk setor hafalan. Jangan bersendirian, karena semangat lebih mudah pupus.
Selain untuk saling menyemangati, partner atau guru juga diperlukan untuk mengecek hafalan kita. Apa yang dihafal sudah benar?
Terkadang kita merasa melafadzkannya sudah benar, eh ternyata masih salah. Bisa jadi mungkin kurang teliti, atau bisa jadi belum tahu cara bacanya yang benar. Di sinilah partner dan guru berperan untuk mengoreksi.
Ijinkan aku bercerita sedikit yaa. Dulu aku mulai menghafal Alquran sejak sebelum menikah walaupun masih on and off.
Namun, aktivitas ini terhenti sejak menjadi ibu. Kerepotan menjadi ibu baru, lelah, dan banyaknya hal yang harus dipelajari menjadikan hafalan Alquranku terabaikan. Semuanya buyar. Hilang.
Sedih? Tentu saja.
Inginkah aku kembali menghafal? Jelas iya.
Namun, semangat itu selalu pudar dengan cepat. Rasanya komitmennya cuma bertahan seminggu, lalu pupus. Hal ini berlangsung sampai bertahun-tahun sampai anak sulungku tumbuh besar.
Setelah anak ketigaku lahir, aku baru mulai bangkit lagi dan mencari-cari cara agar bisa konsisten. Dan akhirnya aku baru bisa istiqomah lagi setelah menemukan komunitas menghafal.
Mengapa?
Karena aku tidak sendirian, banyak temannya. Ada yang selalu mengingatkan untuk setor setiap hari walaupun sedikit. Komunitas yang kondusif seperti inilah yang menjadi salah satu faktor penting aku bisa bertahan untuk menghafal.
5. Bersungguh-sungguh
Di dalam perjalanan menghafal Alquran, tentunya kita ada menghadapi tantangan. Entah ada ayat yang terasa sulit dihafal, tertukar dengan ayat yang lain, muncul rasa malas, mudah lupa, dan sebagainya.
Itu wajar.
Ketika merasa buntu, berhentilah sejenak.
Renungkan apa yang sudah baik, apa yang perlu diperbaiki, serta apa yang bisa dilanjutkan.
Kemudian bangkitlah kembali, terus berusaha serta tak lupa berdoa kepada Allah.
Ingatlah, Allah berkuasa membuat yang susah menjadi mudah.
Yakinlah, Allah akan menolong kita.
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُوا۟ فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلْمُحْسِنِينَ
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
(QS Al Ankabut 69)
Referensi: https://tafsirweb.com/7295-surat-al-ankabut-ayat-69.html
Leave a Reply