Di dekat rumahku berdirilah sebuah sekolah megah.
ITE namanya.
Kampusnya luas sekali.
Gedung-gedungnya tinggi.
Dilengkapi dengan fasilitas olahraga yang lengkap seperti trek lari, lapangan bola, dan bahkan kolam renang.Yang aku sukai pula, pilar-pilar dan dinding sekolahnya penuh dengan kalimat-kalimat motivasi.
Di salah satu parkiran mobilnya, terdapat satu potongan MRT, iya MRT beneran lengkap bersama potongan relnya.Wuah, aku membayangkan serunya langsung utak-atik mesin MRT langsung di keretanya.
Apakah ITE sebenarnya?
ITE, adalah singkatan dari Institute of Technical Education.
ITE adalah sekolah setaraf SMA.
Jadi anak-anak lulusan SMP yang akan belajar di sini.
Apakah semua anak SMP akan belajar di sini?
Tidak.
Jadi begini ceritanya. Sejak duduk di bangkit SD, pelajar di Singapura sudah mulai di-‘jurus’-kan. Dijuruskan berdasarkan kemampuan akademik (hiks, yes, but that’s a reality for now). Ketika kenaikan kelas dari kelas 3 ke kelas 4, anak-anak akan di-review rapornya. Akan ada yang dijuruskan ke jalur ekspres maupun normal. Ujian terakhir (PSLE) mereka pun ternyata ada dua jenis, jenis standard dan foundation, yang diambil untuk kategori siswa yang berbeda. Ya aku pun baru tahu.
Maka setelah hasil PSLE diterima, maka lulusan-lulusan SD tadi dikategorikan menjadi tiga. Ada express, normal, dan normal technical (nitec). Tiap SMP juga ada alokasi masing-masing, ada yang cuma terima ekspress, maupun ketiga-tiganya.
Bagaimana dengan ujian akhir SMP?
Anak ekspress akan ikut O-level. Yang normal akan ikut N-level, dan bergantung hasil, bisa lanjut ke O-level dengan satu tahun tambahan. Yang nitec lanjut N-level. In all case, jika hasil ujian jeblok, dan tak bisa lanjut ke junior college atau polytechnic, maka pilihan sekolah pemerintah yang ada adalah ITE.
Mungkin dari sinilah dulu pernah muncul kalau dapatnya ITE, maka it’s the end. Masa depan suram hanya karena hasil ujian tak mumpuni untuk lanjut ke sekolah lain.
Padahal tidak juga. Anak ITE dibekali dengan kemampuan teknis/praktek yang tidak diberikan kepada pelajar di dua jenis sekolah lainnya. Mereka bisa nyemplung di dunia kerja lebih cepat. Jika berhasil di ITE, bisa juga kok lanjut ke polytechnic lalu university. Hanya waktu yang dihabiskan lebih lama saja.
ITE yang benar-benar It’s The End hanya terjadi jika si anak putus asa terlalu dini, lalu malah menjatuhkan dirinya ke pergaulan yang tidak jelas (baca: merokok, mabuk-mabukan, motor racing, dll) sehinggga masa depannya benar-benar tidak jelas. Selain dari itu, lulusan ITE pun banyak juga yang sukses di lingkungan kerjanya.
Melongok sejenak ke dalam lingkungan ITE, aku merasa salut dengan bertaburannya segala macam quote dan kata motivasi yang ada di sana. Mau di taman, di pilar, di tribun, semua penuh tulisan penyemangat. Tak hanya itu, dengar-dengar para pengajar di ITE pun punya dedikasi yang tinggi, lebih caring kepada para siswanya. Tak heran, tugas mereka berat, memotivasi siswa supaya tidak down duluan.
Maka tak sepantasnya pelajar ITE terpuruk duluan dan menyatakan it’s the end. No, it’s the beginning of my new life. If I put my 100% to it, InsyaAllah I will succeed.