Sejak kuliah aku suka programming.Ya, walaupun aku mengambil jurusan Elektro, ujung-ujungnya ketika mengambil proyek berdasarkan minat, pilihanku selalu jatuh pada proyek yang berkecimpung di sekitar coding.
Begitu lulus dan bekerja, aku pun nyemplung di lingkungan coding ini. Di dunia riset yang labku tekuni, aku memadukan keahlian coding dan elektro untuk membantu menyusun algoritma aplikasi yang digunakan baik di dunia kedokteran langsung maupun taraf riset saat memproses data.
Ada banyak bahasa pemrograman yang aku kenal. Dari Java, lalu C++, C#, semua kucicipi satu-satu. Begitu bekerja, aku banyak berkecimpung utak-utik algoritma di Matlab dan sesekali mengubah code-nya ke C++ yang bisa memproses data jauh lebih cepat. Pindah ke lab sebelah, supervisorku menantangku membuat data processing pipeline dengan Python.
Nggak mumet kah belajar banyak bahasa pemrograman? Sebetulnya bahasanya itu lebih ke arah syntax ya, bisa di-Google atau dicek dokumentasinya. Yang lebih penting dari itu adalah belajar dasar-dasar pemrograman seperti loop, kondisi bersyarat (conditional statement), fungsi, dan semacamnya. Karena pada dasarnya cara kerja mereka sama, hanya saja penulisannya yang agak sedikit berbeda.
Nah, yang ingin aku ceritakan di sini adalah betapa berbedanya belajar coding versi zaman dahulu dengan zaman sekarang.
Dulu belajar referensi dari buku-buku tebal di perpustakaan atau pinjam dari senior. Sekarang tutorial udah banyak di mana-mana, cari saja di YouTube atau kursus berbayar yang bisa dipelajari dengan nyaman dari rumah.
Dulu harus download sendiri segala komponen pemrogramannya ke laptop kita, supaya ada compiler, debugger, syukur-syukur ada IDE (Integrated Development Environment) di mana kita bisa mengetik code dan mengetesnya langsung dan mengecek selangkah demi selangkah Jika ada kesalahan).
Sekarang, ternyata sudah ada online IDE yang gak perlu di-download (IDE jadul itu makan space banget di komputer), kita tinggal login saja dengan akun Google masing-masing.
Nah, belum lama ini Abdurrahman belajar bahasa pemrograman Python. Python bukanlah bahasa pemrograman yang bisa bekerja dengan cepat, tetapi ia yang paling mudah untuk dipelajari.
Untuk IDE, yang dipakai adalah versi daring yang bernama replit. Alhamdulillah, tak perlu repot-repot download sendiri (karena dari pengalaman, ini makan waktu banyak).
Beginilah tampilan replit. Ada bagian untuk menulis code, ada juga bagian console untuk mengecek apakah program sudah berjalan sesuai yang kita inginkan.
Nah, seminggu yang lalu, seorang kawan yang avid programmer mengenalkan kita pada platform daring lain yang bernama kattis. Di platform ini, ada banyak challenge yang bisa kita kerjakan untuk menguji kelihaian kita dalam pemrograman. Kerennya, kita bisa mengumpulkan hasil program kita dan platform tersebut bisa menilai apakah program kita sudah benar atau belum. Waw…, pretty cool. Jika kita mengajar programming, kita juga bisa lo membuat kontes untuk murid-murid kita dan mengecek progress mereka. Seru pokoknya meng-explore kattis ini.
What’s next?
Yaa, untuk sementara tidak ada target ambisius sih, inginnya platform ini bisa jadi sarana tempat main bareng anak-anak, releasing stress dari kebanyakan belajar hahaha.
Leave a Reply